Seminggu yang lalu saya memasang profile picture ini pada BBM saya,
awalnya tanpa niatan khusus apa pun. Hari itu saya pindahan rumah, dan
bertepatan dengan itu pula saya akhirnya memutuskan minta dibelikan freezer 5
rak kepada suami saya setelah 4 bulan menyewa. Habis, diitung2 nyewa 10 bulan
aja udah bisa beli yang baru.
Memang reaksi ini agak terlambat, karena anak saya sebenernya udah
nyaris 10 bulan, sudah lewat fase ASI Eksklusif. Tapi, saya punya niatan bisa
meneruskan pemberian ASI kepada anak saya sampai umur 2 thn, jadi akhirnya saya
beranikan diri untuk mengajukan proposal pembelian freezer meskipun kesannya
terlambat.
Kenapa saya baru beli freezer minggu kemarin dan baru menyewa freezer setelah
anak beres ASI Eksklusif? Alasannya adalah: saya nggak pede. Takutnya udah
mahal2 beli freezer eh ASInya dikit dan gak bisa nyetok banyak2, walhasil nanti
freezernya lowong. Makanya
selama 6 bulan pertama, saya memilih beli kulkas dua pintu aja. Ternyata
alhamdulillah ASI saya makin lama makin banyak, dan freezer kulkas saya nggak
sanggup lagi menampungnya. Awalnya sih saya menyalurkan kelebihan ASI dengan
mendonori beberapa bayi lain, tapi setelah anak saya lulus ASI Eksklusif saya
memutuskan untuk membekukan puree juga sebagai MPASI-nya dan untuk itu saya
butuh ruang lebih di freezer. Waktu itu masih belum pede juga mau beli, jadi
mencoba untuk menyewa dulu dan sekali nyewa harus langsung 3 bulan. Itulah
sebabnya, setelah terbukti saya mampu memenuhi freezer lima rak tersebut dengan
stok ASIP untuk Nizam, anak saya, maka saya akhirnya pede untuk minta dibeliin
freezer.
Kembali lagi ke Profile Picture (PP) saya. Saya memasang PP tersebut
setelah sukses memindahkan stok ASIP saya dari freezer sewaan ke freezer yang
baru saya beli. Rasanya cukup bangga akhirnya punya freezer sendiri dan terisi
penuh. Jadi, saya foto untuk dokumentasikan. Terus iseng deh saya display di
BBM dengan titel: Berhasil memindahkan ASIP satu freezer (gambar dancing).
Siapa yang menyangka memajang PP tersebut di BBM memicu serangan reaksi dari
temen2. Bertubi2 tuh mulai dari dipasang sampe hari ini saya masih mendapatkan
reaksi terkait PP tersebut. Rata2
dari busui juga yang bekerja juga dan yang mencoba untuk nyetok juga. Reaksinya
juga rata2 bernada kagum binti takjub. Yang paling sering ditanyakan adalah:
Mbak, makannya apa ya asinya bisa banyak begitu? Banyak pula yang minta tips
supaya bisa banyak ASI-nya. Tapi, ada juga yang dengan jujur bilang iri, atau jadi
merasa ciut karena ASI mereka sedikit dan stok ASIPnya nggak bisa sebanyak
saya. Tapi untungnya lebih banyak yang merasa termotivasi dan ingin bisa punya
stok ASIP sebanyak saya.
Melihat reaksi2 itu, saya merasa perlu menjelaskan kepada teman2 sekalian
dengan membuat sedikit catatan ini.
Pertama, saya nggak berniat membuat siapa2 menjadi ciut dan rendah diri
melihat stok ASIP saya itu. Saya senang kalo ternyata PP saya bisa memotivasi
(bahkan ada yang menjadikan PP saya PP mereka juga untuk motivasi), tapi jelas
saya nggak bermaksud boasting atau pamer jadi saya agak menyesal kalau ternyata
ada yang malah jadi minder lihat PP saya.
Kedua, saya nggak mencapai stok ASIP sebanyak itu tanpa usaha dan kerja
keras. Saya seorang ibu yang memompa eksklusif (exclusively pumping or e-ping)—memberikan
hanya ASIP kepada anak saya karena tidak bisa menyusui langsung—dan menurut
saya sih harusnya bunda2 yang menyusui langsung akan lebih mudah mempertahankan
suplai ASI mereka karena nggak ada isapan pompa yang menyamai isapan bayi
efektifnya dalam hal mengosongkan payudara.
Ketiga, saya nggak minum atau makan makanan yang khusus. Biasa aja. Saya juga nggak punya trik-trik
tertentu. Karena saya e-ping maka saya mencoba untuk disiplin memompa bahkan
saat saya sedang dinas ke luar kota. Bukan hal yang mudah, tapi tekad saya
untuk bisa memberikan ASI sampai Nizam 2 tahun selalu sukses mengalahkan rasa
jemu dan cape saya memompa. Jadi kalo ada yang nanya makannya apa sih mba? Ya
saya makan nasi, makan sayur, makan daging2an, semua dalam porsi normal2 saja. Minum memang saya perbanyak, karena kalo
minum sedikit kerasa sekali hasil perahan menurun. Suplemen menyusui saya minum
sejenis produk susu kedelai khusus ibu menyusui, tapi nggak terlalu banyak
pengaruhnya meskipun membuat suplai meningkat sedikit.
Saya akhirnya memasang PP tersebut sampai seminggu (baru saya ganti hari
ini) karena menyadari banyak yang termotivasi dengan melihat PP saya itu.
Beberapa malah konsultasi, dan dengan senang hati saya suntik lagi dengan
motivasi2 karena hanya itu yang bisa saya berikan saat ini untuk membantu
sesama busui yang bekerja.
Sebagai pribadi saya memang selalu beranggapan ASI is the best for your
baby, tapi saya nggak pernah menilai negatif bunda2 yang terpaksa memberikan
susu formula karena ASI mereka ’sedikit’.
Ini karena saya tahu rasanya menjadi salah seorang dari bunda2
tersebut. Nizam pernah mendapat susu
formula selama 1 bulan pertama kehidupannya. Dan saya pernah stres mendekati
depresi karena ambisi saya sendiri yang pingin bisa menyusui langsung + kasih
ASI eksklusif sampai 6 bulan. Mau tau kenapa dan gimana itu bisa terjadi? Terus
ikutin catatan saya ya.....insya Allah bisa konsisten nulis lagi.